Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :
trauma/trau·ma/ n 1 keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani; 2 luka berat;
Pernahkah kalian mengalaminya?
Aku sering menonton film atau membaca buku. Kerap kali aku menemukan tokoh dalam cerita yang mengalami trauma. Entah karna apa yang ia alami sendiri atau pun karna apa yang ia saksikan terjadi pada orang lain.
Dekade yang lalu ketika aku menonton drama korea ber-genre misteri atau detektif-detektif yang mengulas masalah di masa lalu, aku sering bertanya dalam hati "Emang masih inget ya kejadian berpuluh-puluh tahun lalu sampe akhirnya dia berani bersaksi di persidangan?". Saat itu, dengan pola pikir anak es-em-pe aku merasa itu hanyalah "keajaiban" sebuah cerita. Segala hal bisa terjadi dalam sebuah film, bukan?
Sayangnya, beberapa tahun kemudian, dugaanku tentang "keajaiban" itu salah.
Dipostingan-postingan sebelumnya aku sempat bercerita tentang almarhum bapak. Bapakku meninggal pada tahun 2013 silam. Beberapa bulan kematian bapak, aku merasa aku berhasil melewati masa-masa keterpurukan dengan baik. Aku merasa bangkit dengan benar. Nyatanya tidak demikian. Ada kenangan tentang hal tersebut yang akan selalu membayangiku.
Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mengalami hal ini untuk pertama kalinya. Yang aku ingat, aku sedang mengendarai sepeda motor. Dengan keadaan mood yang sangat baik, bersenandung di jalanan pun aku lakukan. Hingga tiba-tiba terdengar suara ambulans dari kejauhan. Sedetik kemudian aku serasa tertampar kenyataan pahit. Ragaku ada di atas motor, tapi jiwaku seakan ditarik ke hari dimana bapak dinyatakan meninggal dunia. Terjebak nostalgia, huh?
30 november 2013
Sekitar pukul 10 malam, aku diberitahu hal paling menyakitkan dalam hidupku. Kehilangan sesosok bapak, untuk selamanya. Selang beberapa puluh menit kemudian, aku menelpon kakakku, berniat menanyakan sudah sampai mana -kakak sedang dalam perjalanan dari rumah sakit menuju rumah-. Sialnya bukan suara kakakku yang terdengar untuk pertama kali ketika telpon tersebut tersambung. Melainkan suara yang cukup bising, yaps, suara ambulans.
Hamdalah, Allah masih menjagaku. Allah menguatkanku. Kesadaranku dengan cepat kembali, dan segera mengendalikan motorku untuk sedikit menepi ke jalur lambat. Sekujur tubuhku seketika berkeringat dingin, jantungku berdegup cukup kencang. Segera aku beristigfar dan membaca do'a, mendo'akan bapak.
Sejak saat itu, setiap ada suara ambulans aku beberapa kali mengalaminya lagi dan lagi. Untungnya seiring berlalunya waktu kejadian tersebut tidak separah untuk pertama kalinya. Aku lebih bisa mengendalikan diri.
Kini aku bisa memahami, mengapa orang-orang yang melihat kejadian mengerikan/menyakitkan di masa lalu akan selalu dibayang-bayangi rasa takut itu.
Memang benar ya kata pepatah, "Tak ada manusia yang benar-benar memahami manusia lain, kecuali ia mengalami kejadian serupa".
~~~
Teruntuk kamu, yang mengalami trauma oleh sebab apapun. Karna melupakan merupakan hal yang paling sulit dilakukan, setidaknya aku sungguh-sungguh berharap kamu bisa kuat dalam menghadapinya ketika trauma datang menghampirimu.
P.S. Aku bukan ahli psikologi, jika ada salah-salah kata dari apa yang kemukakan, mohon beritahu aku dengan santun. Aku hanya membagikan apa-apa yang pernah aku rasakan.
Sampai jumpa dipostingan lainnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar