Kamis, 16 Januari 2020

[2020 to Remember] Toxic

Hollllaaaa
balik lagi di '2020 to Remember', kali ini aku bakal mulai bercerita tentang apa  yang udah terjadi padaku di tahun 2019 secara singkat dan apa hikmah yang bisa aku ambil.
selamat membaca kegelisahan2kuuuuu


Sejak awal tahun 2019, aku udah mulai ngerasa ada yang aneh dengan pemikiran-pemikiranku. emosiku rentan labil, mudah terpengaruhi, dsb. aku ga ngeh sihh kok bisa gitu. ternyata aku terkena toxic alias 'racun'..... dari siapa/apa??? social mediaaaaa *jeng jeng jeng*
hahahha aku ga pernah nyangka bakal ada di posisi 'ternodai' oleh dunia maya. wksss, tapi beneran deh dipertengahan dan menjelang akhir tahun, tingkat toxicnya semakin parah dan kehidupan dunia nyata ku mulai tergoncang.
aku yang sejak dulu emang punya sifat perfectsionis yang kerap kali buat aku kelimpungan sendiri, aku yang emang cukup sering membandingkan diri dengan orang lain semakin merasa insecure dengan diri sendiri. parahnyaaa aku hanya membandingkan goals yang ada tanpa tahu apa yang terjadi dibalik itu semua.
fitur story pada sebuah aplikasi yang berfokus pada gambar memang sejatinya banyak digunakan banyak pihak buat share momen2 indah/mengesankan atau ya cuman keseharian yang menyenangkan. awalnya aku biasa aja kalo ngeliat story temen-temen yang share jalan2 ke luar negeri, jadi pembicara ini itu, ikut acara besar ini itu, dapat pencapaian ini itu.. tapi tanpa sadar tiap melihat hal kayak gitu, sedikit demi sedikit pemikiran iri menyelimuti diri ini. membandingkan diri ini dengan yang lain pun jadi tahap selanjutnya. hingga pada titik aku muak dan bisa tiba2 nangis sendiri kalo liat postingan "orang yang sukses". lalu menyalahkan diri, ngerasa udah gagal hidup dan pemikiran negatif lainnya.
suatu hari aku ingat temanku ada yang menonaktifkan akunnya pada aplikasi tersebut, aku sharing dengannya terkait alasannya. selain karna terlalu banyak menghabiskan waktu, dia juga bilang mulai ngerasa hal-hal yang ga enak tiap pake aplikasi itu. yaa kayak yg aku rasa, cuman ga separah apa yang terjadi pada aku. akhirnya aku pun mencoba mengurangi penggunaan aplikasi tersebut. aku hanya buka 5 menit ketika udah gatahan pengen buka *well aku udah pada tahap candu akan aplikasi tersebut, i guess* dan log out. lalu log in kembali kalo udah gabisa nahan lagi. dan tiap login pun aku tetap merasakan hal yang sama. sebuah perasaan negatif.

saat-saat itu bener2 ganggu pemikiranku di dunia nyata. ganggu aktivitas. namun untungnya karna cukup sering sharing sana sini, dan keinginan diri ini untuk berubah aku pun mulai bisa berbenah. sedikit demi sedikit aku kembali membangun pondasi pemikiran khususnya tentang arti "sukses".
dan makna dibalik "perjuangan".
aku selalu memandang orang lain sukses dengan instan tanpa melakukan apapun. nyatanya tidak demikan kan? i'm sure bout that!
aku pun mencoba untuk lebih ngobrol lagi , bincang2 sama temen2 kampus. menelisik gimana sih hidup mereka. dan yapppp, semua orang mengalami strugglenya hidup.
-mereka ga tiba2 pergi ke luar negeri, ada perut yang rela kosong dan berbagai keinginan lain yang tertunda karna menabung uang untuk travelling. 
-mereka ga tiba2 jadi pembicara dalam seminar atau hal lainnya, ada berminggu2 kestressan karna harus bikin jurnal dan bimbingan ini itu sama dosen
-mereka ga tiba2 jadi ini itu, tanpa jam tidur yang berkurang, jam makan yang amburadul, hati yang mungkin patah berulang kali, tangis yang tak kunjung reda kala kesulitan semakin mencekik.

hal penting yang terlewat dalam pikiranku dan berakibat fatal adalah arti "PERJUANGAN" itu sendiri.
sekarang, alhamdulillah. pemikiranku udah "pulih". dan aku merasa aku menjadi memiliki pandangan2 hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
aku lebih mengahargai apa arti perjuangan, tentang pengorbanan.
sehingga kelak, kesuksesan yang orang lain 'pamer'kan tak lagi membuatku iri, melainkan termotivasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar