Hallo, bertemu kembali dengan saya sang pemilik blog.wkwk
Kali ini aku mau lanjutin review novelnya Akiyoshi Rikako,
yang judulnya Girls in the Dark. Novel ini novel pertama yang diterbitkan oleh
penerbit haru pada tahun 2015 untuk cetakan keempatnya. Resminya novel ini
diterbitkan pada tahun 2013 di Jepang. Dan aku baru beli buku ini di awal tahun
2018. Hahaha sedih bangetttt :’)
Oke lanjut, nyeritain apa sih novel ini? Apakah akan ada
plot twist lagi? Atau novel ini akan ‘normal’. Yuu disimak dulu blurb-nya.
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu ?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai
bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri? Tidak ada yang tahu. Satu dari enam gadis
anggota klub sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin
mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata,
cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh
yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi . .
.
Kau pernah berpikir ingin membunuh seseorang ?
Gimana-gimana, udah mulai kebayang isi novel ini bakal kaya
gimana?
Analisis awal, *cieelah*. Seperti biasa, menilik pada judul
dan blurb saya mulai mengira-ngira bakal kayak gimana nih cerita yang tersaji. Dari
judulnya aku bayangin dua hal, pertama adalah ya latar cerita banyak
menonjolkan ‘perempuan dalam kegelapan’, dan kedua ialah sisi gelap perempuan
*apadah ini*. Kalo dari blurb, aku udah ngebayangin pasti setidaknya ada satu
buah plot twist yang akan disajikan. Well aku hanya berharap cerita ‘happy
ending’ seperti pada novel keduanya. Semoga demikian yaaa. Dan aku berharap
gadis itu tidak benar-benar mati *the dead return part 2 dong kalo gitu. Wkwk*
Oya mau nyampein dulu sesuatu nih. Kalo menurut aku
cerita-ceritanya Akiyoshi ini bisa dibilang cukup sadis dan butuh kesadaran
dari pembacanya. Maksud aku, tidak cocok untuk anak-anak yang emosinya masih
labil, takutnya malah niru-niru gitu :( yaaa kayak kasusnya 13 reasons why itu
loh yang cukup kontroversial.
Masuk ke penilaian dari aku nih guys, simak yaaa. Sebisa
mungkin aku gaakan ngasih spoiler yaa. Tapi akupun masih bingung batasannya
apasih sebuah review bisa dibilang mengandung spoiler/engga. Sharing dong yg
tau.
Novel ini jauh lebih berat jika dibanding dengan The Dead
Return. Kesamaan keduanya adalah tokohnya yakni masih usia sekolah *aku lupa
ceritanya SMP atau SMA, tapi kayaknya sih SMA*. Kenapa bisa dikatakan lebih
berat? Karna masalah yang disajikan cukup kompleks dan saling berkaitan. Ya
walaupun masalahnya masalah yang biasa dihadapi remaja menuju dewasa. Ada
sedikit bumbu-bumbu romansa dalam novel ini.
Aku suka gimana penulis menyampaikan analisa-analisa dari
keenam gadis klub sastra yang mana secara tidak langsung menyampaikan runtutan
kejadian yang menuju akhir bacaan kita bisa tarik simpul benang merahnya.
Aku pun suka dengan analisa-analisa tersebut.
analisa-analisanya membuat semuanya masuk akal dan membuat aku berpikir “oh
mungkin si ini nih yang ngebunuh.” Lalu dalam analisa yang lainnya “ahh bunuh
diri deh ah.”, dan dalam analisa lainnya lagi “ah si itu deh kayanya yang
ngebunuh”. Lalu mulai lelah menebak-nebak, karna setiap aku mulai meyakini
bahwa ‘itulah yang sebenernya terjadi’, penulis akan kembali mematahkan
keyakinan ku.
Hal tersebut berlangsung dari awal hingga hampir bagian
akhir. Dan seperti biasa. Cerita sekian bab diawal, semua persepsi yang muncul
dibenakmu, semuanya buyar dan ‘pecah’ ketika membaca bab-bab akhir penyelesaian
kasus.
Hebatnya lagi novel ini setidaknya memiliki 2-4 plot twist
aku tidak menghitung berapa tepatnya. Sebuah perasaan dari yang awalnya
penasaran, ikut menebak-nebak, mulai lelah dan pasrah dengan apa yang ‘diberi’
oleh penulis, dan terkaget tak percaya di akhir. Yapp itulah yang aku rasakan.
Intinya aku sangat merekomendasikan novel ini *dan
novel-novel Akiyoshi lainnya*. terutama untuk kamu-kamu yang menyukai genre
misteri, young adult, dan yang ingin menambah pengetahuan tentang kue-kue di
berbagai belahan dunia. Hihi
Apa kalian tidak merasakan bahwa panca indra kita semakin
terasah kalau kita berada di dalam kegelapan ? –Sumikawa Sayuri, Halaman 10.
Bagaiman indra pencium, perasa, pendengar, dan peaba
bereaksi tanpa indra penglihat? Kita bisa mengasah semuanya itu, menipu
indra-indra itu dan kemudia membebaskannya. –Sumikawa Sayuri, Halaman 11.
seeusoon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar